Sunday, April 29, 2007

“Melahirkan Kader dan Pemimpin Sejati”

Jumat, 29 Desember 2006
Kita merindukan kader yang siap menghadapi benturan dan berkorban sebagaimana sosok Ibrahim dan keluarganya. Inilah khutbah 'Iedul Adha 1427 H Hidayatullah



Allahu Akbar- Allah Akbar- Allahu Akbar 3X

Allahu Akbar walillahilhamd

Ikhwanie kaum Muslimin yang rahimakumullah !

Di pagi yang penuh berkah ini, kita semua memuja dan memuji kebesaran dan keagungan Allah SWT, sebagai wujud kesyukuran kita atas segala limpahan nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga. Kita kembali merasakan kegembiraan dan kebahagiaan dalam suasana Idul Adha pada hari ini.

Hari raya Idhul Adha atau Idhul Qurban seperti yang kita laksanakan pada hari ini menyegarkan kembali ingatan kita kepada sejarah pengorbanan yang luar biasa yang telah dilakukan oleh sosok Nabiyullah Ibrahim As bersama keluarganya, Siti Hajar dan Ismail As. Pengorbanan luar biasa dari sosok Nabiyullah Ibrahim As bersama keluarganya ini dijadikan oleh Allah SWT sebagai patron untuk menjadi tauladan bagi seluruh ummat manusia sepanjang zaman. Hal ini diakui dan dinyatakan sendiri oleh Allah SWT dalam sebuah firman-Nya:
“Sungguh adalah bagi kamu menjadi contoh teladan yang baik tentang kehidupan Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya”. (S. Al-Mumtahanah : 4).

Kehidupan Nabi Ibrahim benar-benar sarat dengan keteladanan yang patut diikuti untuk mendapatkan kehidupan yang bersih dan bebas dari kesemrawutan dan kebrutalan yang melanda dunia saat ini.

Nabi Ibrahim adalah sosok Pemimpin yang sangat konsen dan sabar dalam membina kader, yang diharapkan menjadi pemimpin pelanjut perjuangan.

Pada usia perkawinan yang sudah sangat senja, disaat beliau dan Istri sudah tua, anak yang ditunggu-tunggu, generasi pelanjut yang diidam-idamkan belum juga dikaruniakan. Penantian yang panjang seperti itu tidaklah menyebabkan Nabiyullah Ibrahim As berputus asa dari Rahmat Allah SWT. Dalam masa penantian yang panjang tersebut, Beliau tetap istiqomah, terus menerus berdo'a dan memohon kepada Allah agar dianugerahi keturunan yang Sholeh. Beliau selalu berdo’a “Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin”, Yaa Allah ya Tuhan-ku karuniakanlah kepadaku anak yang sholeh. Akhirnya Allah menganugrahkan kepada beliau Ismail As.

Tatkala Ismail, Sang generasi pelanjut yang telah lama dinantikan telah mencapai umur sanggup “membantu dan berusaha bersama Ayahnya”, umur yang sudah bisa diajak bertukar pikiran untuk mencari penyelesaian problem yang ada, umur dimana Ismail telah menampakkan tanda-tanda kesholehan dan kekaderannya, umur yang sangat menyenangkan untuk diajak jalan bersama, yang oleh Al-qur’an disebut dengan ma'ahus sa'ya, datanglah ujian keimanan berikutnya.

Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim As untuk menempatkan keluarganya, Siti Hajar dan Ismail di Makkah dekat dengan ka’bah. Hal ini diterangkan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj sebagai berikut:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di sebuah lembah yang tiada tanam-tanamannya, di dekat rumah-Mu yang disucikan”.

Lihatlah bagaimana sosok Nabiyullah Ibrahim As diuji oleh Allah dengan Ujian yang sangat berat. Di satu sisi Nabi Ibrahim diperintahkan untuk berpisah dengan anak dan Istrinya dan di sisi yang lain beliau diperintahkan untuk menempatkan keluarganya, Istri yang baru melahirkan dan anaknya yang masih merah di sebuah tempat yang gersang, bahkan sangat gersang, saking gersangnya sampai rumputpun tidak tumbuh sama sekali. Istri ditinggal sendiri tanpa suami dan sanak keluarga, tanpa pembantu dan tetangga. Ditinggal di gurun pasir yang panas dan bukit batu yang ganas.

Setelah ditinggal Nabiyullah Ibrahim, maka tinggallah Siti Hajar sebatang kara dengan anaknya. Hari-hari dilaluinya sendiri bersama anaknya dengan bekal seadanya. Waktu terus berlalu, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, Semakin lama, persedian bekal semakin menipis. Akhirnya perbekalan habis sama sekali. Tiada siapa-siapa yang bisa dimintai tolong, tiada keluarga tiada saudara, juga tiada tetangga. Air susupun telah kering, sementara anak menangis kehausan. Dalam kondisi seperti itu Jiwa kasih seorang Ibu yang ada pada diri Siti hajar menyebabkan dia harus berlari-lari antara bukit shofa dan marwa untuk mencari dan mendapatkan air untuk keberlangsungan hidup anaknya.

Demikianlah seorang Hajar berusaha dan terus berusaha, berlari dari shafa ke marwah untuk mendapatkan pertolongan. Namun apa yang diharapkan tidak kunjung didapatkan. Walau demikian beliau tetap tegar dan optimis dan terus berlari, sa’i, berusaha dari bukit shafa dan marwah sampai 7 kali. Setelah mujahadah, usaha maksimal dilakukan oleh Hajar, Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyang menurunkan bantuan-Nya dengan mengeluarkan mata air di dekat kaki Ismail.

Ujian berat yang diterima Nabiyullah Ibrahim As tidak berhenti sampai di situ saja. Ternyata setelah Ismail beranjak dewasa, Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Allah yang tidak pernah berbuat zhalim kepada hamba-Nya, memerintahkan kepada Nabi Ibrahim As untuk menyembelih putra tercinta, putra tunggal, harapan satu-satunya yang menjadi pelanjut risalah perjuangan.

Cinta Orang tua kepada Anak, harapan pemimpin kepada kader pelanjut perjuangan, dan rasa belas kasih seorang hamba diperhadapkan dibenturkan dengan ketaatan dan kepasrahan kepada kehendak dan perintah Allah Yang Maha Kuasa.

Nabi Ibrahim menyadari bahwa hidup ini harus selalu dalam ketaatan kepada Allah Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ketaatan kepada Allah adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Apapun pengorbanan yang diminta, apapun resiko yang harus ditanggung, perintah Allah itulah yang terbaik, Perintah Allah itulah yang harus didahulukan, Perintah Allah itulah yang harus diikuti, ditaati dan dilaksanakan. Bahkan sampai pada tingkat dimana perintah itu dalam pandangan kita terasa dan terlihat seperti sesuatu yang sangat tidak wajar, tidak masuk akal, bahkan tidak manusiawi, harus dan wajiblah kita sebagai seorang yang mengaku beriman untuk mengatakan “Sami’na wa atha’naa – Kami dengar dan kami patuhi”.

Menyadari akan hal tersebut, Nabi Ibrahim pun menajamkan aqidah dan keyakinannya untuk mewujudkan perintah itu. Beliau kemudian menyampaikan perintah Allah tersebut kepada putranya, Ismail AS. Sungguh jawaban dan respon yang beliau dapatkan sangat luar biasa. Tatkala belaiu mengatakan kepada Ismail, Wahai Anakku sungguh aku melihat dalam mimpiku bahwa Aku diperintahkan Allah untuk menyembelihmu, maka kemukakanlah bagaimana pendapatmu?. Dengan tegas, sopan dan penuh keyakinan kepada Rahmat dan Kasih Sayang Allah SWT, Ismail As menampakkan bukti kesholehannya, dengan mengatakan:

"Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhan kepada ayah, Insya Allah ayah akan mendapati saya dalam keadaan sabar".(As-Shaffat;102)

Allahu Akbar 3X, walillahilhamd !

Ikhwanie kaum Muslimin yang berbahagia.

Jawaban yang dilontarkan oleh Ismail ini adalah gambaran keberhasilan sebuah proses pendidikan, yaitu pendidikan tauhid, sebuah pendidikan yang telah dilakoni dengan gemilang oleh Nabiyullah ibrahim dalam keluarga beliau. Pendidikan tauhid ini menjadikan Ismail mampu menjalankan perintah Allah hatta dengan resiko pengorbanan nyawa.
Keteguhan hati dan kepasrahan yang tinggi bagi Ismail untuk menerima perintah Allah yang sangat berat itu, disebabkan karena keberhasilan kedua orang tuanya menanamkan ketauhidan dalam jiwanya.

Keberhasilan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di dalam mendidik dan mengkader anaknya bukanlah pekerjaan ringan, yang bisa didapatkan dalam waktu yang singkat saja. Hal itu merupakan pekerjaan berat yang butuh waktu panjang. Nabi Ibrahim secara terus menerus memberikan contoh peragaan ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya dalam segala hal. Peragaan inilah yang selalu ditangkap dan dihayati oleh putranya Ismail sehingga terpatri dalam jiwanya.

Memang untuk mendapatkan kader sebagaimana yang kita harapkan, memerlukan perhatian dan pengorbanan yang sangat besar. Makanya sangat aneh kalau seorang orang tua atau pemimpin menginginkan kader pelanjut dalam konteks perjuangan Islam, sementara perhatian dan pengorbanannya untuk itu masih kurang. Atau mungkin pengorbanan dan perhatiannya sudaha besar tapi belum proporsional. Perhatian dan pengorbanan yang diberikan lebih banyak kepada hal-hal yang bersifat materi, bukan pada spirit dan ruhaninya, bukan pembekalan spirit kepemimpinan dan hal-hal yang bersifat transenden.

Allahu Akbar 3X, Walillahilhamd.

Ikhwanie Kaum Muslimin yang berbahagia !

Anak-anak kita hendaknya mendapatkan perhatian yang serius dari kita para orang tua. Jangan sampai hanya aspek intelektualnya yang diperhatikan, tetapi mental dan spritualnya memprihatinkan. Jangan kita bangga dengan pendidikan yang hanya memacu kecerdasan otaknya, tapi semakin hari semakin jauh dari agamanya. Sebuah uangkapan yang masyhur menyatakan:

"Barang siapa yang bertambah ilmunya namun tidak bertambah petunjuk yang dimiliki. Tiadalah tambahan baginya melainkan semakin jauh dari Allah.

Kita sangat merindukan kader yang selalu siap pakai; siap menghadapi benturan-benturan; memiliki etos kerja yang tinggi; bekerja dengan penuh dedikasi ; memiliki banyak inisiatif dan siap berkorban sebagaimana contoh yang telah diperagakan oleh sosok Nabi Ibrahim As dan keluarganya Siti sarah dan Ismail As.

Suatu pelajaran yang berharga dapat dipetik dari seorang pahlawan kebenaran, Jenderal Thalut ketika mengerahkan sejumlah manusia sebagai calon kader untuk mengadakan perlawanan terhadap penguasa zhalim, Jenderal Jalut. 80.000 orang calon kader yang dikerahkan hanya 5% yang lulus, berarti hanya 4.000 orang. 76.000 orang diantaranya gugur tidak dapat dikatagorikan sebagai kader. Kenapa ? Karena banyak yang tidak lulus setelah diuji dengan sebuah sungai. Pemimpinnya memberikan perhatian bahwa, "Kita akan diuji dengan sebuah sungai, siapa yang minum airnya bukanlah golonganku. Yang tidak minum itulah yang termasuk golonganku kecuali yang hanya sekedar menceduk dengan cedukan tangan". (S. Al-Baqarah: 249)

Tapi apa yang terjadi setelah sampai di tepi sungai itu, melihat airnya yang begitu bening mereka berlomba-lomba terjun ke sungai itu. Mereka minum sepuas-puasnya bahkan berenang dan menyelam sesuka hati. Alasannya karena kita telah melakukan perjalanan panjang dan melelahkan, telah didera oleh lapar dan dahaga.

Mereka diperintahkan menyeberangi sungai, setelah mereka sampai diseberang sungai tidak seorangpun diantara mereka yang telah memuas-muaskan dirinya itu yang siap menghadapi lawan. Mereka menyampaikan terus-terang kepada pemimpinnya bahwa kami tidak sanggup mengahdapi lawan yang begitu banyak. Ketidak sanggupan mereka menghadapi musuh bukan karena mereka lemah dari segi fisik, tapi mereka lemah mental karena melakukan pelanggaran.



Allahu Akabar 3X, walillahilhamd.

Saudara-saudara kaum Muslimin rahimakumullah.

Inilah yang melanda bangsa kita sekarang ini, bahkan juga melanda organisasi dan lembaga-lembaga Islam, baik itu organisasi sosial, organisasi massa atau organisasi politik. Karena hanya mengharapkan munculnya kader-kader tanpa upaya yang serius untuk itu. Menangani pengkaderan secara serius saja, sejarah telah mencatat bahwa hanya 5% yang bisa diharapkan. Apalagi kalau hanya santai dan tidak sunguh-sungguh. Akibatnya bukan kader yang memimpin dan mengendalikan kebijakan, maka wajar jika selalu mendatangkan banyak masalah, tidak menambah kekuatan, tapi justru melemahkan. Tapi kalau kita berhasil melahirkan kader walaupun sedikit, namun kader itu telah teruji kesabaran dan ketabahannya, pasti akan dapat berbuat banyak dan melakukan gebrakan-gebrakan yang penuh arti. Sebagaimana firman Allah SWT yang mengatakan:



"Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak karena izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar" (S.Al-Baqarah:249).

Calon-calon kader kita sekarang ujiannya bukan dalam bentuk sungai tapi kekayaan duniawi, kedudukan dan wanita. Manakala sudah berhadapan dengan materi timbul rasa dendam terhadap kemiskinan sehingga dengan cara yang sangat sigap dia berusaha meraup kekayaan itu yang justru dapat melunturkan nilai-nilai kekaderannya. Dia juga sudah mulai bermain-main dalam pencalonan untuk menjadi orang besar sehingga mulai menempuh segala macam cara untuk berhasil. Ujung-ujungnya memanfaatkan fasilitas yang bisa dimanfaatkan untuk memperkaya diri.

Demikian pula jebakan wanita. Sebagai calon-calon kader perjuangan yang memiliki potensi menjadi pemimpin yang baik di masa depan, musuh-musuh Islam tidak pernah berhenti berfikir untuk dapat menghancurkan nama baik dari calon-calon kader itu agar gugur di tengah jalan, tidak berlanjut kekaderannya. Terjadilah kasus-kasus skandal dengan artis, selingkuh dengan wanita-wanita cantik, media yang dikuasai oleh musuh-musuh Islam segera membesar-besarkan sehingga tamatlah riwayat calon kader itu.

Hal lain yang patut menjadi contoh dari Nabi Ibrahim seperti yang diungkap dalam sejarah bahwa beliau adalah manusia yang selalu terdepan jika mengangkat suatu pekerjaan. Beliau selalu memilih pekerjaan yang paling berat untuk dikerja. Menurut prinsipnya, kalau pekerjaan ringan banyak saja yang dapat mengerjakan. Sehingga orang-orang yang menjadi pengikutnya selalu termotivasi untuk melakukan pekerjaan ini.

Sikap yang demikian ini adalah salah satu rahasia sukses yang dialami Nabi Ibrahim. Karena kalau seorang pemimpin tidak berani memikul tanggung jawab yang besar, hanya selalu mencari pekerjaan yang ringan-ringan dengan mengincer keuntungan dunia yang besar; hanya memperalat orang banyak untuk kepentingan dirinya; hanya menjadikan orang lain sebagai kuda tunggangan jangan harap akan dapat mengantar orang yang dipimpinnya kearah kesejahteraan dan ketentraman. Jangan harap akan mendapat kepercayaan penuh dan dapat meraih rasa cinta dari pengikutnya.

Saat sekarang ini kita merasakan langkanya pemimpin-pemimpin yang tampil memberikan teladan yang baik dan mengajak rakyatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan amal soleh. Karenanya jika kita menemukan pemimpin yang memiliki akhlak dan kepribadian yang baik, memiliki komitmen yang kuat terhadap pelaksanaan ajaran/syariat Islam, maka tentu kita wajib mendukung dan menopang kepemimpinannya.

Allahu Akabar 3X, walillahilhamd.

Saudara-saudara kaum Muslimin rahimakumullah.
Nabi Ibrahim juga dikenal sebagai manusia yang patut diteladani dari segi kedermawanannya. Dicatat dalam sejarah bahwa Nabi Ibrahim adalah manusia yang paling senang menerima tamu. Kalau tiba waktu makan dan tidak ada orang yang ditemani makan dia keliling mencari teman makan. Nabi Ibrahim dikenal sebagai orang yang paling senang membantu kepada sesama manusia. Kebiasaannya yang seperti inilah yang membuat orang sangat senang kepadanya.

Sifat dermawan ini hendaknya menjadi warna dari kehidupan seorang muslim. Karena lewat jiwa-jiwa yang dermawan inilah dakwah Islam dapat dikembangkan lebih maksimal dan dapat mengentaskan kemiskinan. Pada zaman Rasulullah s.a.w. seorang sahabat bernama Abdurrahman bin Auf pernah menyumbang 40.000 dinar untuk perjuangan yang kalau dirupiahkan sekarang sama dengan 25,5 milyard rupiah. Beliau juga pernah membagi-bagikan kepada Veteran Badr uang sebanyak 50.000 dinar kepada 100 orang masing-masing 500 dinar senilai 300 juta rupiah lebih. Itu baru seorang dermawan, belum dermawan-dermawan yang lain. Sehingga dengan kedermawanan sahabat-sahabat Rasulullah yang dikaruniai oleh Allah SWT kekayaan banyak sekali hal-hal yang memerlukan pendanaan yang dapat diselesaikan.

Kita harus meyakini bahwa dengan berinfaq fi sabilillah, kita tidak akan menjadi miskin dan harta pun tidak akan berkurang, tetapi justru akan memberikan tambahan keberkahan. Rasulullah s.a.w. bersabda:

Setiap hari dua malaikat turun kepada separng hamba. Salah satunya berdoa: "Ya Allah berilah pengganti dari harta orang yang berinfaq" Dan yang lain berdoa: "Ya Allah binasakanlah harta orang yang tidak mau berinfaq" (Hadits Riwayat Bukhari _Muslim)

Memang terbukti bahwa perjalanan hidup orang yang pemurah dan dermawan akan dilapangkan rezekinya dan diberikan kebahagiaan dalam kehidupannya. Oleh karenanya, bagi kita yang memiliki kelapangan rezeki pada hari ini, marilah kita mengambil bagian dari kewajibah ber-qurban. Masih ada waktu hingga 3 hari sesudah ini. Allah SWT mengingatkan kepada kita:

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu pemberian yang banyak . Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dn berqurbanlah. Sesunguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang binasa. (S.Al-Kautsar : 1 – 3 )

Ayat ini bukan hanya sekedar memerintahkan kita memotong hewan seperti seekor sapi untuk 7 keluarga dan seekor kambing untuk satu keluarga, tapi juga memberi jaminan bahwa dengan menegakkan dan memperbaiki shalat menjadi alasan bagi Allah untuk membela kita dan menghancurkan lawan-lawan Islam.

Setitik Debu

leh Astarina Laya

Seminggu yang lalu, benar-benar berbeda. Runtutan kejadian hari demi hari saat itu, membuat mata hati saya terbuka lebar. Dengannya saya bisa memaknai anugerah yang Tuhan berikan pada kehidupan saya. Kamis kemarin, saya kehilangan makhluk mungil penghuni rahim saya. Makhluk mungil itu tidak bisa berkembang dengan sempurna, dan akhirnya seleksi alam itu terjadi. Dia harus dikeluarkan dari tubuh saya.

Bertahun-tahun saya nantikan kehadirannya. Berbagai macam usaha dilakukan, beruntai doa dipanjatkan, untuk menghadirkan makhluk mungil itu. Kondisi saya memang berbeda dengan perempuan-perempuan yang bisa dengan mudah mendapatkan makhluk mungil itu dalam rahimnya. Yang bahkan, tidak sedikit pula yang berusaha menghalangi kehadiran sang makhluk mungil tersebut tanpa alasan yang jelas.

Ah, makhluk mungilku... Dia hadir tiba-tiba, dan gugur dengan tiba-tiba.

Tentu saja, saya tidak mau tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut. Kehilangan yang saya alami tidak ada bandingannya dengan lautan nikmat yang tak terhitung, yang masih saya miliki dengan kondisi yang sempurna.

Saya teringat dengan teman-teman sekamar di rumah sakit. Di antara mereka ada yang menderita kanker dan harus tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi pengobatan. Yang lainnya menderita satu penyakit, yang membuat badannya harus ditempeli selang, dan selang itu berpusat di satu alat yang akan memonitor kondisi tubuhnya terus menerus sepanjang waktu. Satu orang lagi menderita gangguan di pencernaan, sehingga tidak sembarang makanan bisa masuk ke dalam tubuhnya.

Mereka semua, suka tidak suka, harus tinggal di rumah sakit dalam waktu yang mereka sendiri pun tidak tahu. Beberapa di antara mereka berusaha tegar dan optimis, namun tidak sedikit pula yang yang menderita tekanan batin, karena tidak bisa menjalani kehidupan normal seperti semula.

Dan saya? Ah, saya masih mempunyai mata yang bisa saya pakai untuk melihat wajah orang-orang terkasih. Saya masih punya telinga yang bisa digunakan untuk mendengar suara-suara di sekitar saya. Saya masih punya mulut yang mampu merasai beraneka macam makanan dan minuman. Saya masih mempunyai tubuh dengan organ-organ yang lengkap dan berfungsi dengan begitu sempurna.

Saya masih mempunyai keluarga yang utuh dan saudara-saudara di sekeliling saya yang selalu mendampingi dan mensupport saya lahir dan batin.

Dan saya masih mempunyai Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih yang menaburkan berbagai kenikmatan kepada saya tanpa henti. Ya, saya masih diberi kesempatan menikmati dan menjalani kehidupan dengan sempurna.

Kehilangan yang saya rasakan, sungguh tidak berarti. Ia hanya seperti setitik debu yang hilang terbang dibawa angin, di antara lautan padang pasir yang tak terhitung jumlahnya.

Terima kasih Tuhan, dengan kejadian kehilangan ini, sungguh benar-benar membuka mata saya akan karunia-Mu yang tak terhingga. Semoga saya mampu menjadi manusia yang senantiasa bersyukur, tanpa harus menunggu peristiwa kehilangan.....

My Proposal Skripsi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan adalah suatu institusi atau lembaga terpenting dalam pemben-tukan dan pengembangan generasi bangsa, masyarakat, individu yang dapat menjawab tantangan zaman melalui pemgetahuan dan keterampilan yang cukup memadai dalam mengelola suatu institusi pendidikan secara professional. Keberhasilan pemben-tukan dan pengembangan generasi tidak lepas dari adanya Sumber Daya Manusia yang berada dalam lingkungan pendidikan, dan sejauh mana produktifitas Sumber Daya Manusia yang ada di lingkungan tersebut.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya pembentukan dan pengembangan lembaga pendidikan. bahkan Sumber Daya Manusia merupakan sa-lah satu sumber daya terpenting di samping sumber daya alam, sumber daya iptek dan sumber daya yang lainnya, dalam pembentukan dan pengembangan lembaga pendidik-an. Tanpa sumber daya manusia tidak mungkin dapat dilakukan suatu kegitan, termasuk pembentukan dan pengembangan lembaga pendidikan itu sendiri. Apabila di kaji lebih dalam, pengebangan yang di lakukan oleh Sumber Daya Manusia semata-semata di tu-jukan untuk kepentingan Sumber Daya Manusia itu sendiri, bukan untuk yang lainnya. Pada hakikatnya Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan sebenarnya semua orang yang punya kepentingan dengan lembaga pendidikan itu sendi-ri. Jadi salah satu syarat utama agar suatu lembaga pendidikan dapat melaksanakan pembentukan dan pengembangan adalah dengan tersedianya Sumber Daya Manusia yang mencukupi baik kuantitatif maupun kualitatif.
Semua lembaga pendidikan di dunia khususnya di Indonesia ingin melakukan suata perubahan terhadap lembaganya. Dengan melakukan perubahan tersebut diharap-kan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan, dan perubahan yang di laku-kan oleh setiap lembaga akan mempunyai hasil yang berbeda sesuai dengan lingkungan masing-masing. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil perubahan yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi adalah mutu dan sumber daya manusia yang tersedia. Namun cukupnya sumber daya manusia di suatu lembaga pendidikan tidak menjamin kualitas pendidikan akan begus, kadang yang terjadi malah sebaliknya akan semakin membawa penurunan kualitas pendidikan itu sendiri. Tetapi kekurangan sumber daya manusia juga tidak baik bagi lembaga pen-didikan, dan bisa di pastikan bahwa lembaga tersebut tidak akan pernah maju dan ber-kembang bahkan cenderung tutup atau gulung tikar.
Dari penjelasan di atas dapat kita katakan, bahwa sumber daya manusia sangat menentukan dalam pembentukan dan pengembangan pendidikan. baik itu peningkatan mutu pendidikan yang berlangsung di lembaga tersebut. Tapi itu semua tidak terlepas sejauh mana produktifitas Sumber Daya Manusia. Jika ada suatu lembaga pendidikan yang tanpa Sumber Daya Manusia sulit bagi lembaga tersebut untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan sebelumnya.
Telah kita sadari bersama bahwa Sumber Daya Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan, pengembangan dan pencapaian tujuan-tujuan lembaga pendidikan. Namun demikian, keberhasilan Sumber Daya Manusia boleh jadi menjadi bumerang bagi lembaga pendidikan, jika tidak disertai perencanaan dan pe-ngendalian Sumber Daya Manusia itu sendiri.
Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya merupakan salah satu lembaga pendidi-kan Islam yang cukup terkenal di kota Surabaya bagian tinur, dan telah memperoleh ke-percayaan dari masyarakat Surabaya khususnya bagian timur. Hal ini terbukti dengan bertambahnya orang tua yang mendaftarkan anaknya ke Sekolah Dasar Islam YAPITA pada tahun ajaran baru setiap tahunnya. Untuk merealisasikan pendidikan yang berkua-litas, maka Sekolah Dasar Islam YAPITA memberikan fasilitas yang representatif. Di-antara fasilitas yang dimiliki oleh Sekolah Dasar Islam YAPITA tersebut adalah gedung dua lantai yang cukup megah, masjid sebagai tempat penempaan keimanan anak didik. Di samping itu juga di tunjang dengan guru yang sangat propesional untuk menjalankan program-program pendidikan dan juga di dukung dengan adanya manajemen yang baik pula. Sebagai hasil kerja keras dari lembaga pendidikan ini telah membuahkan hasil ber-bagai prestasi baik di bidang intelektual maupun seni dan olah raga.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini masalah pokok yang hendak didiskripsikan adalah :
a. Bagaimana tingakat produktivitas di Sekolah Dasar Islam YAPITA?
b. Bagaimana strategi peningkatannya?
c. Bagaimana peningkatan produktivitasnya?

C. Tujuan Penelitian
Mendiskripsikan Peningkatan Produktifitas Kinerja Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat bagi upaya peningkatan mutu pen-didikan dan memberikan sumbangsih teoritis pada dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan peningkatan produktifitas kinerja sumber daya manusia.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai ajang latihan untuk melatih daya nalar dan mengsah intelektualitas pe-neliti. Juga sebagai bukti dan implimentasi dari ilmu yang di terima di bangku kuliah, sekaligus untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S1).
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai modal tambahan bagi calon-calon pengembang pendidikan khususnya di bidang peningkatan produktifitas sumber daya manusia, juga sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam YAPITA untuk me-ningkatkan produktifitas sumber daya manusia yang lebih baik di Sekolah Dasar Islam YAPITA.
c. Bagi Sekolah Tinggi Agam Islam Luqman Al Hakim
Sebagai tambahan khazanah keilmuan bagi lembaga pendidikan khususnya bagi Sekolah Tinggi Agam Islam Luqman Al Hakim.

E. Definisi Operasinal
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahan persepsi dalam penelitian ini, maka akan di tulis penjelasan secara definitive produktifitas sumber daya manusia sebagai berikut :
a. Strategi
Strategi data diartikan sebagai siasat, akal, tipu muslihat yang digunakan untuk mencapai tujuan.1 sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Strategi ada-lah rencana yang cermat mengenai kegiata untuk mencapai sasaran khusus.2 menu-rut Giffin 2000, strategi adlah sebagai rencana Komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi.3 adpun dalam penelitian ini yang penulis maksud dengan strategi adalah rencana yang cermat yang dilakukan dalam rangka mencapai tujua-tujuan tertentu, dalam hal ini rencana kepala SDI YAPITA yang berkaitan dengan peningkatan pro-duktivitas SDM SDI YAPITA Surabaya.
b. Peningkatan Produktifitas
Peningkatan Produktifitas adalah suatu upaya atau sikap yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. “Produktifitas adalah bahwa perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan sumber daya yang di gunakan (input)”1. tetapi dalam kamus ilmiah popular di jelaskan bahwa, “Produktifitas adalah kemam-puan dalam mendhasilkan suatu prodak yang lebih banyak”2. Namun Gary Dessler dalam bukunya mengartikan bahwa, “Produktifitas adalah peningkatan yang di laku-kan secara maksimal dalam lingkungan kompetitif global dewasa ini dan memini-malisir biaya produksi”3.
c. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia para ahli menyamakan dengan “Manpower” (tenaga ker-ja), dan juga ada yang menyetarakan dengan “Personalia”. Tetapi ada juga yang mengartikan bahwa Sumber Daya Manusia adalah suatu upaya yang mengelola ma-nusia secara maksimal yang meliputi kemampuan, pengetahuan, daya dan karya. Namun, H. Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya mengartikan bahwa, “Sumber Da-ya Manusia adalah kemampuan terpadu daru daya pikir dan daya fisik yamg dimiliki individu”4.

F. Metode Penelitian
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif de-ngan pendekatan fenomelogi.
Penelitian kualitatif dalam pendidikan bertujuan mendeskripsikan suatu proses kegi-atan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai kajian lebih lanjut, untuk menemukan kekurangan dan kelemahan sistem dalam program pendidikan, sehi-ngga dapat di ketahui dan dapat menentukan jenis dan upaya penyempurnaannya.
Penelitian ini, juga untuk menganalisa suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya konteks ruang dan waktu serta situasi lin-gkungan pendidikan secara alami. Selain itu penelitian kualitatif dapat di gunakan untuk menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan infornasi yang diperoleh di lapangan sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lan-jut.
b. Sumber dan Jenis Data Penelitian.
c. Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya menjelaskan, bahwa sumber data uta-ma dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, ucapan, mimik, perbuatan, tingkah laku dll5, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, arsip dll.
1. Data Utama
1.1 Sumber Lisan
Sumber lisan akan diperoleh dari wawancara dengan direktur lembaga pendidikan, staf pengajar, staf karyawa, dan tokoh-tokoh sekitar lembaga jika diperlukan.
1.2 Sumber Tertulis
Sumber tertulis ini di peroleh dari dokumen sekolah, arsip, brosur, dan sumber lain yang mendukung penelitian.
2. Data Tambahan
d. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Manusia yang diaplikasikan di lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.
e. Subyek Penelitian
Subyek penelitia ini adalah Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya, yang terdiri dari kepala sekolah, staf pengajar dan karyawan Sekolah Dasar Islam YAPITA Sura-baya.
e. Prosedur Penelitian
Prosedur yang peneliti tempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu :
1) Tahap Persiapan
Pada tahapan ini, peneliti mengadakan observasi awal dengan metode wawancara untuk memperoleh informasi tentang Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.
2) Tahap Pelaksanaan
Tahapan ini merupakan tahap pengumpulan data melalui observasi lapangan, wa-wancara, serta dokumentasi.
3) Tahap Penyelesaian
Dalam tahapan ini, peneliti berusaha mengumpulkam hasil observasi lapangan, wa-wancara dan kemudian menafsirkan serta menyusun data dalam bentuk hasil penelitian (laporan).
f. Tekhnik Pengumpulan Data Penelitian
Teknik yang digunakan dalam penelitian terdiri dari :
1) Observasi
Alasan pemihan teknik observasi berdasarkan pada pendapat Guba dan Lincoln yang di tulis oleh Lex J. Moleong dalam bukunya bahwa, “Tekhnik pengamatan ma-mpu memahami situasi-situasi yang rumit, tekhnik pengamatan juga memungkinkan melihat dan memahami sendiri prilaku dan kejadian yang sebenarnya terjadi di lap-angan”6.
Pengamatan yang dimaksud disini adlah pengamatan secara langsung oleh peneli-ti, sehingga dapat diperoleh data yang berupa kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.
2) Wawancara
Wawancara yang digunakan peneliti bersifat indepth yang dilakukan secara open-ended, sistimatis dan fleksibel. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara detail dan mendalam dari pengelola lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya diantaranya kepala sekolah, staf pengajar dan karyawan.
Data yang diperoleh dari tekhnik wawancara adalah:
1. Gambaran umum obyek penelitian, diantaranya :
a. Sejarah berdirinya lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.
b. Letak giografis lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.
c. Struktur organisasi lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.
2. Strategi Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya terdiri dari:
a. Perencanaan Program Strategi Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Ma-nusia di Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya
b. Pelaksanaan Program Strategi Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Ma-nusia di Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya
c. Monitoring Program Strategi Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Ma-nusia di Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya
d. Evaluasi Program Strategi Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.
3) Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan yang di buat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara, atau melihat kejadian tertentu.7 Biasanya catatan lapangan di-buat dalam bentuk kata kunci, singkatan, pokok-pokok utama saja kemudian disempur-nakan setelah di tempat tinggal.
Menurut Bogdan dan Bilken (1982:74), Catatan lapangan adalah catatan tentang apa yang di dengar,dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Schaltzman dan Strauss (1973: 99-101) mem-bagi catatan lapangan menjadi tiga yaitu:
a. Catatan pengamatan (CP), adalah pernyataan tentang semua peristiwa yang dia-lami yaitu yang dilihat dan didengar dan pernyataan tersebut tidak boleh berupa penafsiran, hanya merupakan catatan sebagaimana adanya dan pernya-taan data-nya sesudah teruji kepercayaan dan keabsahannya.
b. Catatan teori (CT), adalah catatan yang dipakai oleh peneliti yang ingin mem-persoalkan sesuatu melebihi fakta yang ada. Catatan teori memiliki usaha yang terkontrol dan dilakukan secara sadar untuk memperoleh dari satu atau beberapa catatan lapangan.
c. Catatan metodologi (CM), adalah pernyataan yang berisi tindakan operasional yang berpengaruh terhadap suatu kegiatan pengamatan yang direncanakan atau sudah dilaksanakan. Jadi catatan metodologi berupa intrusi terhadap pengamatan sendiri, peringatan atau kritik terhadap taktiknya.
4) Dokumentasi
Sebagai data pendukung yang keabsahan dan kevalidannya sudah diakui, data-data tertulis dan arsip-arsip sangat dibutuhkan dalam penelitian ini. Data doku-mentsi ini sebagai pengecek data yang verbal yang diberikan oleh pimpinan lem-baga pendidikan Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.
g. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian
Variasi jemis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Angket.
b. Ceklis atau daftar centang.
c. Pedoman wawancara.
d. Pedoman pengamatan.
h. Tekhnik Analisis Data dan Penafsiran Data Penelitian
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya keda-lam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini, digunakan analisis data kualitatif dengan pendekatan induktif dalam menarik kesimpulan dari data yang ada. Artinya peneliti bertolak dari fakta, informasi dan data empiris untuk membangun teori. Atau berangkat dari kasus-kasus yang bersifat khusus berdasar-kan pengalaman nyata (ucapan atau perilaku subyek penelitian atau situasi lapangan penelitian), untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip, atau definisi yang bersifat umum.


G. Sistimatika Pembahasan
Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman dalam penelitian skripsi nanti maka peneliti membuat sistimatika pebahasan sebagai berikut :
Bab I
Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pene-litian, mamfaat penelitian, defenisi operasional, metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, metode pembahasan, sumber data serta analisa data sedangkan sub yang tera-khir adalah sistematika pembahasan.
Bab II
Memuat landasan teori dam studi tentang Sumber Daya Manusia yang meliputi, arti Sumber Daya Manusia Sekolah, Tujuan Sumber Daya Manusia Sekolah, prinsip-prinsip produktifitas Sumber Daya Manusia Sekolah dan factor-faktor produktifitas.
Bab III
Bab ini peneliti akan memaparkan seluruh persyaratan dan criteria penulisan karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu tekhnik penulisan dengan mengguna-kan sebuah metodologi tertentu berikut tekhnik pengumpulan data dtau informasinya. Karena penelitiam ini menggunakan jenis penelitian kualitatif-deskriptif maka pendeka-tan yang digunakan adalah pendekatan fenomelogi.
Bab IV.
Memuat tentang gambaran umum subyek penelitian yang meliputi: Lataar belakang berdirinya Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya, Letak giografis Sekolah Dasar Isl-am YAPITA Surabaya, struktur Organisasi Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya, Visi dan Misi Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya dan data tentang kajian pokok penelitian yaitu tentang Strategi Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Manusia di Se-kolah Dasar Islam YAPITA Surabaya

Bab V.
Dalam bab ini menyajikan tentang Strategi Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar Islam YAPITA Surabaya.
Bab VI
Penutup yang memuat kesimpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang te-lah dilakukan dan saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang dapat untuk
menjadi pertimbangan lebih lanjut.

H. Jadual Penelitian
Penelitian akan di laksanakan selama enam bulan dengan tentative sebagai beri-kkut:
1. Persiapan penelitian (Desain instrumen, uji coba, perizinan, konsul-tasi dll).
2. Pengumpulan data di lapangan.
3. Pengolahan dan analisis data.
4. Penulisan laporan hasil penelitian dan finalisasi.
Adapun skema jadual sebagai berikut :
Kegiata Bulan/Minggu
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan pene-litian
2. Pengum-pu-lan data
3. Analisis data

4. Penulisan laporan pene-litian
Daftar Pustaka


1. DR. H. M. Markum Singodimejo M.M., Ph.D. dkk.”Human Resources Management”1999,Ensena Dilla Offset, Jakarta, Hlm.1
2. Pius A. Partanto & M. Dahlan Al Barry. “Kamus Ilmiah Populer”. 1994. Arkola, Surabaya. Hlm. 626
3. Dassler Gary, Edisi Bahasa Indonesia. “Manajemen Sumber Daya Manusia. 1997. PT Prenhelloindo. Jakarta. Hlm.19
4. Malayu S.P. Drs. H. Hasibuan. Edisi Revisi. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. 2005. PT Bumi Aksara. Jakarta. Hlm.244
5. Arikunto Suharsimi. Prof. Dr. Edisi Revisi V. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. 2002. PT Rineka Cipta, Jakarta. Hlm.12
6. Moleong, Lexy J., 2001, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Teman Adalah..

Oleh Hafizh Kharisma

Teman itu berarti seseorang di luar diri kita yang mengenal kita dan berkenan berbicara dengan kita. Dia bisa siapa saja. Bisa orang tua kita, bisa tetangga, bisa rekan kantor atau saudara kita sendiri. Teman adalah orang yang tidak membuat kita merasa buruk juga tidak membuat kita menjadi buruk Sedangkan musuh kita adalah sebaliknya, orang yang membuat kita merasa buruk dan lebih buruk lagi dia dengan sengaja membuat kita menjadi lebih buruk.

Wah, kata-kata itu mengalir begitu saja dari bibir manakala putriku satu-satunya mempertanyakan apa arti seorang teman. Tak tahu bagaimana menerangkan dengan lebih jelas lagi definisi teman dan musuh. Ini bukan pertama kalinya aku kesulitan menerangkan definisi suatu hal pada seorang anak berusia 10 tahun.

Berusaha menjelaskan dengan bahasa yang paling sederhana yang bisa mereka mengerti. Sementara pengetahuan dan wawasanku juga terbatas. Apa yang kuterangkan lebih kepada apa yang kutahu saja dan apa yang kurasa dari pengalaman hidupku. Kusadari kadang jawaban-jawabanku tidak bisa memuaskannya namun kuyakinkan hatiku bahwa bagaimana pun setiap jawabanku ditujukan sekaligus untuk mendidiknya menjadi lebih baik.

“Jadi teteh boleh pilih-pilih teman?”

“Ya tergantung dong sayang…”

“Tergantung gimana?”

“Kalau maksud teteh itu pilih-pilih mana yang kaya mana yang miskin, pilih berteman dengan yang pinter aja atau yang cantik aja, itu tidak boleh. Kita tidak boleh membatasi diri berteman dengan siapa pun. Yang kaya, yang miskin, yang cantik, yang jelek, yang pinter, yang bodoh, itu semua bisa kita jadikan teman. Sementara jika ada yang mengajak pada hal-hal buruk maka itu berarti dia bukan teman. Kita bisa menganggapnya sebagai musuh namun tetap memperlakukan mereka dengan adil.”

"Ngga ngerti ah Mah, yang ga boleh teteh jadikan teman yang seperti apa?"

"Gini, kalau ada teman teteh yang suka ngajak teteh melakukan yang jelek, itu artinya dia bukan teman teteh. Kalau ada orang yang suka berkumpul dan mempengaruhi teteh agar membenci orang lain maka itu juga artinya dia bukan teman teteh. Orang seperti itu harus dihindari karna akan membat hati teteh jadi buruk. Mamah tidak mengizinkan teteh memiliki kebencian dalam hati pada siapa pun termasuk pada musuh teteh itu. Teteh cukup menghindari agar tak terpengaruh sifat buruknya tapi tak perlu membencinya. Sekalian nih mamah juga mau kasih tau teteh agar teteh tidak membangun sifat iri hati pada orang lain, apalagi sama saudara sendiri karena iri hati inilah yang biasanya mendorong kita menjadi miskin jiwa.”

Tanpa kusadari, pertanyaan putri sulungku justru membuka celah baru bagi pikiranku, beruntungnya aku selama ini telah memiliki banyak teman yang selalu mau berbagi, yang menunjukkan hal-hal positif, memperkaya jiwaku dengan kebaikan-kebaikan yang mereka tularkan padaku tidak saja lewat kata-kata tetapi lebih pada perilaku keseharian. Pikiranku melayang dan mereka-reka…

Teman adalah seseorang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanku, bukan seseorang yang membicarakanku di belakang dan membiarkanku tetap dengan kesalahan yang ku buat tanpa tahu apa yang salah.

Teman adalah seseorang yang tidak menumbuhkan perasaan negatif dalam hati dan pikiranku. Teman adalah seseorang yang menegurku manakala aku membicarakan orang lain. Teman adalah seseorang yang tidak membiarkanku menghabiskan waktu dengan sia-sia untuk sekedar mengobrol tanpa makna.

Teman adalah yang seseorang tidak pernah berbicara kasar dan mempengaruhiku untuk ikut bicara kasar. Teman adalah seseorang yang ingin aku menjadi lebih baik. Teman adalah seseorang yang membuatku berpikir positif dan tidak berprasangka buruk Teman adalah… pasti masih banyak kata-kata lain yang mewakili arti seorang teman…

Dan kutemukan, bukanlah teman jika orang itu membuat jiwa kita jadi miskin dan penuh prasangka negatif karena pastilah dia menjerumuskan kita agar berperilaku negatif tanpa kita sadari.

Malam kian larut, kucoba menutup mata dan berdoa agar keluarga ini memiliki teman yang bermanfaat dan bisa memperkaya jiwa kami semua dan juga agar keluarga ini dijauhkan dari kebencian dan rasa iri hati…


Awal tahun 2007,
Thanks buat semua orang yang membuat jiwaku merasa lebih kaya! Subahanallah, ternyata anak adalah sumber terdekat kita untuk bisa belajar menjadi lebih baik lagi…

Pengertian Kepemimpinan (Leadership)

Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsure yang sama. Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".

Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain:
Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak
akan ada juga.
Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
 Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
 Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
 Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai
hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.
 Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok
pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
 Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda. Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat ("managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing, "). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.

Model-Model Kepemimpinan
Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan, dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin (leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat periode tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin. Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para pemimpin yang efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency model). Dengan model kontingensi tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin.
Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an dan 1980-an, sekali lagi memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan organisasi yang mereka pimpin. Hasil-hasil penelitian pada periode tahun 1970-an dan 1980-an mengarah kepada kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal tersebut disadari sebagai komponen organisasi yang sangat komplek.
Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam studi kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi.
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai
model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur.

(a) Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran,
kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi
mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974). Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970). Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa "leadership is a relation that exists between persons in a social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in other situation" (Stogdill 1970). Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Kegagalan studi-studi tentang kepimpinan pada periode awal ini, yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan, membuat para peneliti untuk mencari faktor-faktor lain (selain faktor watak), seperti misalnya faktor situasi, yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut.

(b) Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan
dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studistudi
tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin. Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.

(c) Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations). Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara ringkas, model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia sekaligus dalam organisasinya.

(d) Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987). Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power).
Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu
dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok:
supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan
iklim kerja yang bersahabat), directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai
dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada), participative leadership (konsultasi dengan
bawahan dalam pengambilan keputusan) dan achievement-oriented leadership (menentukan
tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan). Menurut
Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah
karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya
peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.

(e) Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or goingbeyond the self-interest exchange of rewards for compliance". Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harusmempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.
Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu. Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership", Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi,
menghormati dan sekaligus mempercayainya. Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi. Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. Walaupun penelitian mengenai model transformasional ini termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan praktisi manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996). Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga konsep kepemimpinan transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (seperti misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978).
Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepimimpinan yang mirip dengan kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang mempunyai visi (visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun fenomenafenomana kepemimpinan yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya. Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership). Disebut sebagai penerobos karena pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-hasil yang diinginkannya. Pemimpin penerobos mempunyai pemikiran yang metanoiac, dan dengan bekal pemikiran ini sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan praktekpraktekorganisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan. Metanoia berasaldari kata Yunani meta yang berarti perubahan, dan nous/noos yang berarti pikiran.
Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang makin nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper-competition). Tiap keunggulan daya saing perusahaan yang terlibat dalam permainan global (global game) menjadi bersifat sementara (transitory). Oleh karena itu, perusahaan sebagai pemain dalam permainan global harus terus menerus mentransformasi seluruh aspek manajemen internal perusahaan agar selalu relevan dengan kondisi persaingan baru. Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya saing dalam dunia yang lebih bersaing.














Referensi:
Bass, B.M. and Avolio, B.J., 1994, Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership, Sage, Thousand Oaks.

Bass, B.M., 1960, Leadership, Psychology and Organizational Behavior, Harper and Brothers, New York.

Bennis, W.G. and Nanus, B., 1985, Leaders: The Strategies for Taking Charge, Harper and Row, New York.

Bryman, A., 1992, Charisma and Leadership in Organizations, Sage, London.

Burns, J.M., 1978, Leadership, Harper and Row, New York.

Fiedler, F.E., 1967, A Theory of Leadership Effectiveness, McGraw-Hill, New York.

French, J. and Raven, B., 1967, 'The basis of social power', in D. Cartwright and A. Zander (eds.), Group

Silaturahim Penuh Makna

fizh Kharisma

“Pusing ah, saya sudah tak punya uang lagi. Gaji suami yang cuma segitunya, dipotong ini, dipotong itu, bayar listrik, telepon, cicilan koperasi, hanya bersisa sedikit untuk kebutuhan sebulan. Susah kan mengatur uang segitu. ”

“Suami saya tuh pemalas, kalau hari libur bangunnya siang, maunya makan enak, tidak pernah mau membantu mengurus anak-anak, tidak pernah mau mendengarkan keluhan-keluhan saya”

“Suami saya sering berbohong pada saya, dia tidak perhatian pada saya, dia senang pada perempuan lain, dia.. bla bla bla…”

Dan pasti masih banyak lagi kalimat-kalimat yang sering kita dengar yang keluar dari mulut orang-orang di sekeliling kita, suara hati dan pikiran para isteri, obrolan dari sekumpulan ibu-ibu yang sedang berbelanja, cerita-cerita dari kumpulan arisan, dan tanpa mereka sadar. Mereka lupa bahwa orang yang sedang mereka bicarakan adalah orang terdekat mereka, pilihan hati mereka, tempat mereka bersandar dalam rumah tangga, orang yang seharusnya dihormati, dia adalah orang yang disebut suami.

Kurangnya rasa bersyukur kita pada limpahan rejeki yang telah diberikan oleh Allah SWT terkadang mendorong kita untuk menimpakan segala kekurangan materi ini atas kekurangmampuan suami dalam menafkahi rumah tangga. Padahal sesungguhnya semua rejeki telah diatur oleh Allah SWT, dan sebagai isteri sudah sepatutnya pula kita belajar memanfaatkan rejeki yang ada sebaik mungkin dan mendorong suami tetap bersemangat dalam bekerja serta mengingatkan suami agar tidak tergelincir untuk melakukan korupsi. Tidak sedikit korupsi dilakukan dengan alasan untuk menyenangkan dan memenuhi tuntutan kebutuhan rumah tangga, Naudzubillah... Peran isteri sebenarnya sangat besar dalam menentukan karir suami, dalam mempengaruhi sikap dan perilaku suami dan setiap keberhasilan atau kegagalan suami didalamnya terdapat campur tangan isteri baik langsung mau pun tidak langsung.

Saya teringat pada obrolan yang terjadi beberapa waktu lalu dengan seorang bapak tua yang akan mulai memasuki masa pensiun. Dia tinggal di sebuah rumah kecil jauh dari jalan besar. Saya dan suami datang berkunjung dengan niat untuk bersilaturahmi sekaligus ingin mendengar nasihat-nasihatnya. Untuk bisa sampai kerumahnya, kami harus memarkir mobil dijalan besar, naik ojeg sekitar 1, 5 km melalui jalan-jalan kecil yang tak bisa dilalui mobil, melewati gang-gang sempit yang membuat kami beberapa kali menjaga lutut agar tidak beradu dengan pagar-pagar rumah atau orang yang sedang berjalan kaki dan itu pun masih ditambah dengan perjalanan kaki yang lumayan agak jauh melalui gang-gang yang menanjak yang membuat saya hampir beberapa kali terpeleset. Saya sempat ragu apakah perjalanan ini bisa menghasilkan manfaat yang setimpal dengan apa yang kami harapkan? Kekuatiran orang yang akan kami temui tidak ada dirumah juga sempat timbul dipikiran membuat saya ingin berbalik dan pulang kembali ke rumah.namun ternyata sambutan hangat pemilik rumah mampu menghilangkan kelelahan, kekuatiran dan kecemasan yang baru saja terasa.

Kami dipersilakan duduk di ruang tamu yang tidak terlalu besar namun terasa kenyamanan dalam hati kami saat memasukinya, terlebih kami lihat senyum tak pernah lepas dari wajah tuanya yang bersih. Kulitnya tidak bisa dibilang putih namun jelas terlihat bersih dan bercahaya, mungkin air wudhu telah membantu membuat aura kebaikannya memancar keluar dari wajahnya sehingga menyejukkan mata kami yang memandangnya. Silaturahmi kami disambut dengan sangat baik, Bapak tua itu dengan serta merta bercerita panjang lebar mengenai kisahnya tinggal di rumah itu, bagaimana dulu dia hanya mengontrak di rumah itu hingga akhirnya rumah tersebut dibelinya beberapa tahun kemudian dengan uang yang ditabungnya.

Tak saya sangka bahwa kini dia telah memiliki empat buah rumah yang letaknya saling berjauhan, daerah tengah kota hingga daerah timur. Namun sikap tawadhunya mengarahkan dirinya dan keluarganya memilih tetap tinggal di dalam gang-gang sempit di mana rumah yang satu dengan yang lain saling menempel erat tanpa jarak. “Di sini tingkat kekeluargaannya lebih tinggi, sedangkan di perumahan atau komplek-komplek biasanya orang acuh satu sama lain dan saling bersaing sementara di lingkungan ini kami malah saling membantu dan menghargai” demikian dalihnya. “Bukan hanya itu saja, di sini ibu-ibu lebih senang berduyun-duyun ke pengajian sementara di perumahan biasanya ibu-ibu sibuk arisan atau bergerombol membicarakan orang tanpa menyadari bahwa kekurangan terbanyak mungkin ada pada dirinya” lanjutnya.

Sekali-kali ceritanya disertai dengan banyolan yang membuat kami tertawa mendengarnya. Namun terlepas dari setiap gurauan yang dia sampaikan, selalu terselip kata-kata sederhana yang sangat umum namun terkadang sulit kita tangkap sebagai kata-kata bijak pengingat sikap. Subhanallah, banyak yang biasa kita alami namun kita terlepas dari menyadari bahwa ada hikmah dari setiap kejadian. Dia bercerita bahwa pemilihan tempat tinggal menjadi faktor penentu juga bagi seseorang untuk membangun sikap mental karena lingkungan bagaimana pun memberi pengaruh pada setiap orang. Pengaruh itu bisa positif, bisa negatif tergantung bagaimana kita menyikapinya. Sebagai orang dewasa tentu saja bila lingkungan memberi pengaruh negatif kita bisa mempertahankan diri untuk tetap bersikap positif namun tumbuh kembang anak tak bisa selalu kita pantau terus menerus dan tak bisa kita pagari 100% dari lingkungan sekitarnya. Adakalanya kita membiarkan anak-anak bergaul dengan lingkungannya sedangkan mereka belum bisa membedakan apa-apa yang positif dan apa-apa yang negatif sementara kita dibatasi oleh kesibukan rumah tangga atau karir untuk selalu bisa mengawasinya.

Selanjutnya bapak tua itu juga berujar bahwa hablumminnannas juga seringkali menjadi dalih bagi ibu-ibu untuk berkumpul dengan niat bersilaturahmi, namun kadang pertemuan yang semula diniatkan untuk silaturahmi, bisa berbelok menjadi sekumpulan orang berghibah, berprasangka dan mengurusi urusan rumah tangga orang lain tanpa diminta. “MasyaAllah, yang terburuk adalah mereka membicarakan suami-suami mereka yang sesungguhnya adalah pakaian mereka sendiri, mereka membicarakan isi dapur rumah tangga mereka yang sesungguhnya tidak diperlukan karena bisa jadi itu merupakan suatu kehormatan bagi suami mereka” bukan begitu neng? Pertanyaan retoris sang bapak pada saya membuat saya hanya bisa tersenyum dan mengangguk-ngangguk sembari berpikir lebih jauh untuk coba memahami makna yang tersembunyi di balik setiap katanya.

“Selalu lebih mudah menyalahkan orang lain, selalu lebih mudah menunjuk orang lain manakala terjadi sesuatu yang tidak kita kehendaki. Menunjuk pada orang lain berarti kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hidayah, menyalahkan orang lain berarti kita kehilangan waktu untuk memperbaiki diri dan menjadi orang yang lebih baik. Sebelum menunjuk suami kita, sebelum menunjuk isteri kita, sebelum menunjuk orang lain, tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita memang lebih baik dari mereka? Apakah memang wudhu kita telah menyucikan tubuh kita dengan benar? Benarkah mulut kita terjaga dari ucapan tanpa prasangka? Benarkah telinga kita terhindar dari mendengar pembicaraan yang buruk? Benarkah kepala kita tidak berisikan pikiran yang tidak seharusnya? Benarkah tangan dan kaki kita terjaga dari gerakan yang menyakiti hati orang? Langkah yang salah?”

Naudzubillah, semoga kami dilindungi dari hal-hal yang tidak diridhoi oleh Tuhan, doa saya dalam hati manakala mendengar penuturan beliau.

Silaturahim kami hari itu membawa pesan makna yang dalam dihati saya, memberi keyakinan yang jauh lebih besar lagi mengenai pentingnya menjaga lidah ini, menjaga hati ini dan mendorong saya untuk lebih hati-hati dalam melangkah sehingga kehormatan keluarga bisa tetap terjaga paling tidak dimata Allah SWT.

Saturday, April 28, 2007

Tuhan..gue mau lapor


Wuiiih….Dingin juga, bro !!! Abis ujan JJS Sore nyari warung makan buat ngisi perut-asoy ga’ tuh. Ada kale yaa korelasi antara kenaikan harga BBM dengan harga satu porsi nasi campur + es teh- setidaknya waktu gue komplain atas kenaikan itu, Bibi warung mah tanpa rasa dosa cuman bilang. apa-apa naik gara-gara BBM naek, harga nasi campur + es the juga mesti naek donk- penyesuian katanya..Ga’ tau juga neh, semenjak gue mulai nyari maisyah (persiapan nyari Aisyah gitu), schedule gue pada amburadul, kayak gini neh- soal waktu makan, bagi gue ga’ lagi ada aturan, mesti makan jam berapa kek, gue.seh asyik aja- he…he.... mumpung lagi jomblo, bro!! Pokoknya kalo laper- makan..!! (tapi jangan diikutin bro, contoh yang buruk loh..!!)Jalan kaki nyari warung makan, gapapa kan..?? ada yang protes..??, sebenarnya seh gue Cuma mo ngamalkan budaya hemat saja, kayak yang dicanangkan pemerintah tuh, hemat energi, cieeee….., sekali-kali dong gue jadi warga negara yang baik..? Coba nt pikir, kalo gue kewarung yang jaraknya cuman 200 m, mesti pake motor- wah berapa bensin tuh yang susut. Lagian harga bensin kan di POM udah 4.500 perliter, apalagi dieceran bias nyampe 5.500. Ini misal neh yaa, motor gue kan Honda, dan katanya neh 1 liter bensin bisa untuk 54 Km (itupun kalo jalanan ga’ macet), kalo dirubah dari Km ke m maka 1 lt berarti untuk 54.000 m, nah kalo gue pake motor pergi ke warung makan, akan terjadi penyusutan bensin sebesar x 1 lt = 0,37 lt, trus kalo dikalikan harga 1 lt bensin akan diperoleh 0,37 lt x 4.500 = 1.665 rupiah. Nah, Bro! karna salah satu alasan itulah gue lebih milih jalan kaki ke warung makan daripada naek motor, kan duit 1665 tuh masih bisa buat nraktir temen, beli pentol 16biji. Tapi ternyata dengan jalan kaki, bukan lantas membuat gue berhenti untuk ngeluh, betapa tidak, pas gue lagi mo motong jalan lewat lapangan bola, eeh tau-taunya pala gue hampir kena bola nyasar (tau kan nt marahnya gue kayak gimana..???). Bahkan sempat juga gue mikir, pantesan saja Timnas kita kalah mulu wong lapangan bolanya aja kayak kolam renang (becek maksud gue), trus kalo di tv-tv tu kan rumput-rumput di lapangan bolanya pada rapi-rapi, kalo disini mah pada gondrong2 - jarang dikeramasin lagi (weks, nyambung ga’ neh !!), yang jadi pertanyaan gue, dikemanain tuh uang semesteran mahasiswa yang dialokasikan buat perawatan lapangan bola.Dan yang lebih parah lagi neh, pas gue lagi ditrotoar jalan raya di perempatan, adrenalin gue makin ga’ karuan. Betapa tidak !! asap motor ga’ kenal istilah ma’af , jalan-jalan pada rusak, lom lagi pengaspalan yang ga’ merata- menyebabkan kebecekan dimana-mana, ini artinya pendzoliman sengaja bagi para pejalan kaki, kayak gue ini neh contohnya. Dan parahnya libido gue makin sangar pas noleh para pengguna jalan, yang sore itu kayaknya asoy bratt, ada yang nongkrong sambil ngejreng-ngejreng ga’ karuan, ada yang mojok samping bak sampah, dan kondisi itu diperparah oleh punker kesufi-sufian dengan dandanan nyentrik bin norak, katanya seh lagi nyari jati diri. Kadang gue nyempetin diri buat mikir, pantes aja Tuhan murka dengan kondisi ini.Sebenarnya dari paparan diatas, gue cuman mo cerita aja, kenapa koq ga’ sedikit dari kita yang justru diem dengan kondisi ini, memang akan beragam justifikasi terkait dengan diemnya mereka itu. Ada mungkin yang ga’ terlalu mempermasalahkan kondisi diatas, ada juga mungkin yang merasa terpaksa menerima, , ada juga mungkin yang udah merasa bosen dengan segala bentuk aktifitas terkait dengan kondisi itu, yang akhirnya bikin dia loyo, futur untuk kemudian membiarkan.Kalo boleh gue press lagi apa yang mo gue sampaikan, gue cuman mo nyampaikan dampak dari sebuah ketidakadilan. Nt tau kan pasca dinaikkannya harga BBM pada tanggal 1 Oktober 2005, apa-apa jadi naek- salah satunya ongkos taksi yang harusbertanggungjawab atas tidak mudiknya gue, imbasnya pula gue mesti mikir-mikir kalo mo naek motor- padahal kontakan yang gue datenginkan rumahnya jauh-jauh, selain itu gue juga mesti ganti menu makan, kalo dulu mentingin kuantitas plus kualitas,sekarang mah nyari yang murah dan bisa nambah.Fakta yang laen terkait dengan tanggungjawab menyediakan fasilitas umum, agar pejalan kaki kayak gue merasa nyaman- ternayata ga’ gue dapatkan, padahal terkait masalah itu gue yakin untuk bikin jalan saja pasti anggaran yang dialokasikan guide banget, tapi pada dikemanain dananya ya mas..?? Wong kholifah Umar aja pernah bilang ke gue, kalo sampe ada unta yang tergelincir di Jalan- maka kholifah telah dzolim. Kalo tempat gue mah jangankan tergelincir, mo lewat aja Unta mesti mikir-mikir Trus coba kalo para remaja muslim aktifitas keislamannya semarak kayak remaja-remaji yang lagi berha..ha..hi..hi..sore itu, wah ga’ bakal lama deh insya alloh Umat Islam bakal bangkit.Dan ujung-ujungnya gue buntu juga neh……Gue mo laporin aja aah, tapiiiii…..lapor sama siapa ya, sama dewan, paling juga mereka bilang gini, laporan sodara kami tampung dulu, dan nanti akan kami tindak lanjuti. Mo lapor ke polisi, kayaknya polisi lagi sibuk ngurus jenazah Dr. Azhari. Mo lapor ke komnas HAM, wong kasus Moenir aja ga’ tuntas-tuntas pa lagi kasus yang mo gue aduin. Mo lapor sama Kejagung, eeh..tau-taunya Jaksanya saja bermasalah alias korupsi. Tapi kayaknya Pak SBY mo denger laporan gue neh, tapi bor-boro mo ngelapor buat ketemu aja susahnya minta ampun. Aduh susah memang jadi rakyat biasa. Mending gue lapor ma Tuhan aja deh, ga’ mesti terikat jadwal tamu- bisa kapan saja dan dimana saja.